Pages

Laskar Atas Angin

Minggu, 27 November 2011

GENOSIS TAREKAT NAQSYABANDI

Terbentuknya tarekat naqsyabandi melalui beberapa fase. Fase pertama, Pra Sejarah berdirinya tarekat Naqsayabandiyya, belum punya identitas. Fase kedua, Periode Formasi Tarekat Naqsyabandi, terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi, menjadi sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi.

Tarekat Naqsyabandi merupakan satu-satunya tarekat yang memiliki Silsilah transmisi pengetahuan melalui pemimpin pertama ummat Islam, Abu Bakar as-Sidiq. Tidak seperti tarekat-tarekat lainnya, dimana Silsilah-nya berpangkal dari salah satu pemimpin spiritual dan Imam Syi’ah, yaitu Imam Ali Ibn Abi Thalib.

Salah satu Karakter tarekat Naqsyabandi adalah tergambar melalui fakta bahwa kesesuaian-nya dengan hukum-hukum Islam merupakan suatu hal yang teramat penting dalam perkumpulan ini. Ketaatan yang mendalam terhadap hukum-hukum syariat adalah thema yang sering di tekankan oleh banyak kalangan Naqsyabandi dalam mendefinisikan jalan mistik mereka.

Dalam perkembangannya Tarekat Naqsyabandiyyah tersebar luas di Asia tengah, Volga, Kaukasia, Barat laut dan Barat daya China sampai ke Indonesia, sub-kepulauan India, Turki, Eropa dan Amerika Utara.

Tarekat Naqsyabandiyyah, lahir dan di formalkan dengan menggunakan nama salah satu ahli Silsilah yang terkenal dan memiliki banyak pengikut di berbagai pelosok Dunia Islam. Ia adalah Muhammad Ibn Muhammad Baha’ al-Din al-Naqsyabandi, yang lahir dari kota Hinduwan atau kota Arifan, Bukhara Uzbekistan pada tahun (717 H/1318 M – 791 H/1389 M).

Tradisi Naqsyabandi tidak menganggap Baha’ al-Din al-Naqsyabandiyah sebagai pendiri tarekat, atau dalam pengertian lain Tarekat Naqsyabandi bukan berawal darinya. Akan tetapi karena kebesaran namanya, sebagai seorang tokoh sufi yang besar dan pemimpin dzikir yang di hormati dan di cintai. Namanya diabadikan dan digunakan sebagai bentuk penghomatan padanya.

Ada 3 fase periode pembentukan Tarekat Naqsyabandiyya.

Fase pertama, Pra Sejarah berdirinya tarekat Naqsayabandiyya.

Pada fase pertama periode pra sejarah Tarekat Naqsyabandi di sebutnya sebagai “Periode protohistoris” . Disebut sebagai periode protohistoris karena Tarekat Naqsyabandi pada masa itu belum mempunyai identitas, karena tokoh-tokohnya atau garis Silsilahnya tidak dianggap sebagai eksklusif milik Tarekat Naqsyabandiyah yang menggunakan paham sunni Salah satu contoh-nya adalah Saidina Ja’far as-Sodiq. Dia adalah Imam Syiah ke 6 dari garis keturunan Ayahnya Imam Baqir sebagai Imam syiah ke 5, akan tetapi dari garis keturunan Ibunya ia adalah cucu saidina Qosim Bin Muhammad Bin Abu Bakar as-Siddiq, dan cicit dari Abu Bakar Siddiq. Imam Ja’far as-Sodiq dalam transmisi ke Ilmuawannya lebih condong ke Ibunya putrid Saidina Qosim dan mengenal Ilmu-ilmu Agama langsung dari kakeknya Saidina Qosim. Garis Silsilah pada periode ini dimulai dari:
        Syaikh Abu Ali Fadhlal bin Muhammad Ath-Thusi al-Farmadi
        Syaikh Abu Hasan Ali bin Abu Ja’far al-Kharkani
        Syaikh Abu Yazid Thaifur bin Adam bin Syarusyan al-Busmati
        Saidina Imam Ja’far as-Sodiq
        Saidina Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar Shiddiq
        Saidina Salman al-Farizi
        Saidina Abu Bakar as-Shidiq
        Nabi Muhammad saw.
Pada periode protohistoris ini, Tarekat Naqsyabandi juga disebut sebagai Tarekat Uwaysi. Disebut demikian karena inisiasi (bay’ah) tidak selalu di lakukan oleh mursyid yang masih hidup dan selalu hadir secara fisik, akan tetapi inisiasinya dapat dilakukan oleh mursyid yang kehadirannya secara spiritual (Rohanyah) baik syeakh yang masih hidup maupun syeakh yang sudah meninggal sekalipun atau pula melalui Nabi Khidir.

Dinamakan Tarekat Uwaysi berkenaan dengan tokoh rohani atau spiritual pada zaman sahabat, yaitu Uwaysi al-Qorni. Disebutkan bahwa Uwaysi al-Qorni selalu berjumpa dengan Nabi walaupun tidak pernah berjumpa secara fisik, perjumpaanya selalu melalui perjumpaan rohani.

Fase kedua, Periode Formasi Tarekat Naqsyabandi

Pada fase kedua ini, sejarah Tarekat Naqsyabandi mulai terlihat identitasnya sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan sufi. Identitas Tarekat Naqsyabandi berawal atau bersumber dari Guru Sufi besar yang hidup se-zaman dengan Muhiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Saleh Zangi Dost Jilani (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani), yaitu Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani (w 1140 M).

Syaikh Abu Ya’kub Yusup al-Hamadani, memiliki 2 orang murid yang sekaligus sebagai khalifahnya dalam menyebar luaskan ajaran-ajarannya, yaitu Syaikh Ahmad al-Yasawi (w 1169 M), dan Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani (w 1220 M).

Syaikh Ahmad al-Yasawi sebagai khalifah menyebarkan ajaran gurunya dengan membentuk suatu perkumpulan persaudaraan sufi, yaitu Tarekat Yasawi. Yang penyebarannya dari Asia tengah hingga Turki dan Anatolia.

Sedangkan Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani dalam menyebarkan ajaran gurunya di lakukan dengan membentuk Tarekat Kwajagan (cara khoja atau guru). Adapun penyebarannya berada pada sekitar daerah Transoksania.

Syaikh Abdul Khaliq Gujdawani dengan tarekat kwajagan-nya merupakan pilar dasar terbentuknya Silsilah Tareqat Naqsyabandi. Dan dari sanalah ruh gnosis Islam dan suksesi ajaran-ajaran Syaikh Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani terbentuk dan melembaga kedalam suatu bentuk Silsilah yang tidak pernah putus. Adapun suksesi pewarisan ajaran Syaikh Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani terurai kedalam suatu Silsilah, sebagai berikut:
        Syaikh Muhammad Baha’ al-Din al-Naqsyabandi ibn Muhammad as-Syariful Husaini al-Hasani al-Bukhari (w 1389 ), Ia mengambil dari ……..
        Syaikh Sayid Amir Kulali ibn Sayid Hamzah (w 1371 ), Ia mengambil dari …….
        Syaikh Muhammad Baba al-Samasi (w 1340), Ia mengambil dari ……..
        Syaikh Azizan Ali al-Ramitani (w 1306), Ia mengambil dari ……..
        Syaikh Mahmud al-Anjiri Faqhnawi (w 1272), Ia mengambil dari …….
        Syaikh Arif ar-Riwiqari (w 1259), Ia mengambil dari …….
        Syaikh Abdul Khaliq Guddawani (w 1220), Ia mengambil dari …..
        Syaikh Abu Ya’qup Yusup al-Hamadani (w 1140).
Selanjutnya dalam tarekat Kwajagan melalui Syaikh Abdul Khaliq Kudawani, gurunya menetapkan delapan prinsip dasar dalam ajarannya. Dan kedelapan prinsip prinsip dasar tersebut menjadi dasar dari Tarekat Naqsyabandi. Kedelapan prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
(1). Husy dar dam, (2). nazhar bar qadam, (3). safar dar watan, (4). khalwat dar anjuman, (5). yadkard, (6). bazgasyt, (7). nigah dast, dan (8). yads dast. Dari dasar-dasar ajaran syaikh Abu Ya’qub Yusup al-Hamadani, selanjunya oleh Syaikh Baha’ al-Din al-Naqsyabandi menambah 3 prinsip utama sebagai penyempurnaan. Ke tiga prinsip tambahan itu, adalah (1). Wuguf zamani, (2). Wuquf ‘adadi, dan (3). Wuqub qalbi.

Ke-sebelas prinsip tersebut selanjutnya dan seterusnya semenjak abad 13 dan 14 yang silam telah di nisbatkan pada Tarekat Naqsybandi, dan sekaligus sebagai cikal bakal dan pilar dasar terbentuknya sebuah gnosis Islam Tarekat Naqsyabandi.

Sejak di nisbatkannya nama Naqsyabandi dari Syaikh Baha’ al-Din sebagai Nama dan Identitas dalam perkumpulan tarekat yang sebelumnya berupa tarekat khwajagan, Tarekat Naqsyabandi semakin masyhur dan memiliki pengaruh yang sangat luas dari masa ke masa. Figur utama Syaikh Baha’ al-Din tidak hanya di kenal sebagai seorang sufi besar akan tetapi juga di kenal sebagai seorang tokoh penasehat utama sultan, yang tegas dan berani serta adil pada masa pemerintahan sultan Khalil (w 1347). Namanya di catat dalam sejarah kesultanan Samarkand. Semua kemajuan yang di capai oleh ke sultanan tidak dapat dilepaskan dari peran serta dan keterlibatan Baha’ al-Din.

Fase ke-tiga, periode perkembangan dan penyebaran Tarekat Naqsyabandi

Pada periode ini, Tarekat Naqsyabandi telah menjadi sebuah perkumpulan besar yang terorganisir dengan baik dan rapi. Pengikut-pengikut Tarekat Naqsyabandi tidak hanya orang-orang yang menginginkan dan mencari pengetahuan spiritual, akan tetapi sejumlah ahli figih, ahli tafsir dan ahli hadist berbai’at kepada Syaikh Baha’ al-Din. Sederet Nama besar ahli Agama menjadi khalifah Syaikh Baha’ al-Din, seperti Khwaja Ala’ al-Din al-Aththar (w 1400) seorang ahli hadist, dan theology Islam, Khwaja Muhammad Parsa (w 1419) seorang ahli tafsir Al-Quran, dan bersama Ya’qub al-Charki menulis Tafsir Al-Quran, Khwaja Sa’id al-Din Kasyghari (w 1459) seorang teolog dan ahli Filasafat. Pada periode ini yang paling menonjol adalah murid dan sekaligus seorang khalifah Ya’qub al-Charki, yaitu Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar as-Samarqandi (w 1490) yang kemudian menjadi penerus kemursyidan tarekat Naqsyabandi generasi ketiga Syaikh Baha’ al-Din.

Berbagai refrensi dan buku-buku sejarah tarekat Naqsyabandi ini, Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar telah merubah sebuah paradikma klasik yang meng-identikkan kesufian dan kemiskinan. Ia adalah simbul seorang Mistikus Islam yang sangat amat kaya. Pemilik 3.300 perkampungan (mazra’ah) dan lahan pertanian yang sangat luas. Sebuah kampung terkenal Pashaghar di samarkand adalah miliknya, dan dalam perniagaannya di bantu oleh tiga ribu buruh dan tiga ribu pasang kerbau untuk mengairi lahan pertaniannya. Delapan ribu maund gandum di serahkan kepada sultan Ahmad Mirza sebagai pajak tanah pertanian setiap tahun.

Syaikh Nasaruddin Ubaidullah al-Ahrar sebaga mursyid ke 18, dalam suksesi kemursidan. Pada masa kepemimpinannya, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar dan menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tengah meluas ke Turki dan India. Kemudian telah berdiri beberapa pusat perkumpulan (cabang), seperti China, Chiva, Taskend, Harrat, Bukhara, Iran, Afganistan, Turkistan, Khogan, Baluchistan, Iraq, India.

Pada periode ini, Tarekat Naqsyabandi mencapai puncaknya ketika suksesi kemursidan di pegang oleh Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi (w 1624) sebagai mursyid ke 23. Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi adalah seorang Teolog terkemuka di Dunia dan pemikir yang berilyan. Ia adalah murid kesayangan karena kecerdasannya, kesuhudan dan keshalehannya, dan di hormati karena ketinggian Ilmunya dan pemikirannya yang sangat cemerlang dari seorang guru sufi besar, al-Qutub Syaikh Muhammad Baqi Billah (w 1603) mursyid ke 22 Tarekat Naqsyabandi yang bermukin di India.

Dibawah kepemimpinan Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi, Tarekat Naqsyabandi telah tersebar ke berbagai penjuru Dunia Islam dan di ikuti oleh banyak pengikut. Pada masa itu pula telah berdiri beberapa tempat pusat kegiatan berupa kangah-kangah, seperti di Jabal Abu Qubais Arab, Yaman, Damaskus, Mesir, Spanyol, Bagdad, Afrika dan Amerika Utara. Syaikh Ahmad al-Faruqi Sirhindi tidak hanya seorang guru sufi besar akan tetapi juga seorang Mujaddid. Dan pemikirannya tidak hanya di akui oleh dunia Islam akan tetapi juga oleh para orientalis barat, katab-kitab karanganya telah menjadi rujukan Ilmu-ilmu Filsafat dan Sosial. Demikian juga para mursyid-mursyid berikutnya, setiap zaman, setiap masa, para mursyid sebagai ahli silsilah di Tarekat Naqsyabandi senantiasa memiliki keahlian-keahlian yang berbeda sesuai dengan kondisi zaman.

Catatan: makalah pada seminar nasional 2 jakarta by Zubaidi

SYI'IR TANPA WATON


“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizkinya dan hanya kepada - Nyalah kamu (kembali) setelah dibangkitkan” (QS: al Mulk, 15)



Masalah kesibukan dunia memang tak pernah berhenti, memburu rizki memang hal yang pasti. Mimpi hidup kaya memang terpuji. Namun untuk menggapai kehidupan mulia, aman, dan bahagia: mencipta mahligai surgawi, menemukan jati diri,menyempurnakan kepribadian - untuk hal itu dzikir dan suluk adalah unsur mutlak yang tidak bisa diganti. Mari bersenandung untuk membuat diri ini sadar dan mengerti, Syi'ir ini diambil dari karya Syaikh Manshur (PP Tarekat Naqsyabandi  Popongan, Solo.
Dialihbahasakan kedalam bahasa Indonesia oleh Ki Ageng Atas Angin (Murabbiruhina HSM Irfa’i Nahrawi An-Naqsyabandi Qs.)


Astaghfirullah Rabbal Barooya,

Astaghfirullah minal khathaya

Rabbi zidni ‘ilman nafii’a

Wawaffiqni amalan shaliha

Ya Rasulallah salaamun ‘alayka

Ya rafi ‘asya niwaddaraji ,

‘Athfatayyaji ratal ‘alami,

Ya uhaylalju diwalkarami


(Aku mohon ampun kepada  Allah, Tuhan sekalian makhluk.  Aku mohon kepada Allah daripada segala kesalahan. Ya Allah tambahkan aku ilmu yang bermanfaat dan berikan kepadaku taufiq untuk beramal shalih
Wahai utusan Allah semoga keselamatan tetap padamu. Wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tinggi.  Rasa kasihmu wahai pemimpin tetangga. Wahai ahli dermawan dan pemurah hati)


*******

Ngawiti ingsun nglaras  syiiiran
kelawan muji maring Pengeran
kang paring rahmat lan kanikmatan
rina wengine tanpa pitungan

dhuh bala kanca pria wanita
aja mung ngaji syarengat blaka
gur pinter ndongeng, nulis, lan maca
tembe mburine bakal sangsara

akeh kang apal quran haditse
seneng ngafirke marang liyane
kafire dhewe gak digatek ke
yen isih kotor ati akale

gampang kabujuk nafsu angkara
ing pepaese gebyare dunya
iri lan meri sugihe tangga
mula atine peteng lan nistha

ayo sedulur ja nglalekae
wajibe ngaji sak pranatane
nggo ngandelake iman tauhide
baguse sangu mulya matine

kanga aran sholih bagus atine
kerana mapan sari ngelmune
laku thariqat lan makrifate
uga hakikat manjing rasane

al quran qadim wahyu minulya
tanpa ditulis bisa diwaca
iku wejangan guru waskita
den tancepake ing jero dhadha

kumanthil ati lan pikiran
mrasuk ing badhan kabeh jeroan
mukjizat Rasul dadi pedhoman
Minangka dalan manjinge iman

Kelawan Allah kang maha suci
Kudu rangkulan rina lan wengi
Ditirakati diriyadhohi
Dzikir lan suluk ja nganti lali

Uripe ayem rumangsa aman
Dununge rasa tandha yen iman
Sabar nerima  najan pas-pasan
Kabeh tinakdir saking Pengeran

Kelawan kanca dulur lan tangga
Kang padha rukun aja daksiya
Iku sunnahe Rasul kang mulya
Nabi Muhammad panutan kita

Ayo nglakoni sekabehane
Allah kang bakal ngangkat drajate
Ssenajan asor tata zhahire
Ananging mulya maqam drajate

Lamun palastra ing pungkasane
Ora kesasar ruh lan sukmane
Den gadhang Allah swarga manggone
Utuh mayite uga ulese


 *******

Terjemahan Syi'ir Tanpo Waton

Mulai aku melantunkan syiir
Dengan memuji kepada Allah
Yang memberi rahmat dan kenikmatan
Siang dan malam tanpa hitungan 2x

Wahai sahabat pria dan wanita
Jangan mengkaji syariat belaka
Hanya pandai bercerita, menulis, dan membaca
Akhirnya hanya akan sengsara

Banyak yang hafal quran haditsnya
Suka mengkafirkan orang lain
Kekafiran dirinya tak diperhatikan
Kala masih kotor hati akalnya

Mudah terbujuk nafsu angkara
Dalam indahnya gemerlap dunia
Iri  dan dengki kekayaan orang
Maka hatinya gelap dan nista

Ayo saudaraku jangan lupakan
Wajib mengaji dan kesempurnaannya
Untuk meningkatkan tauhid keimanan
Bekal terbaik mati mulia

Yang disebut solih, solihnya hati
Karena mapan sari ilmunya
Laku tharikat dan makrifatnya
Hakikat merasuk dalam indra rasanya

Al quran qadim wahyu mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itu wejangan guru makrifat
Yang ditancapkan di dalam dada

Terukir dalam hati dan pikiran
Merasuk badan ke seluruh organ
Mukjizat rasul jadi pedoman
Sebagai jalan masuknya iman

Bersama Allah Yang Maha Suci
Harus berangkulan siang dan malam
Tirakat dan riyadhah itu pasti
Dzikir dan suluk ayo dijalankan



Hidup tentram merasa aman
Wujud jiwa tanda beriman
Sabar qanaah walau hidup pas-pasan
Semua berjalan di bawah takdir Tuhan

Bersama kawan saudara dan tetangga
Hidup rukun jangan semena
Itu sunnah Rasul yang mulia
Nabi Muhammad panutan kita

Ayo kita lakukan dengan sempurna
Allah yang akan mengangkat derajat
Walau tampak rendah di lahir
Namun mulia hakikat maqam derajatnya

Bila hayat telah berakhir
Tak kan tersesat ruh dan sukmanya
Allah akan menyambut dengan syurga
Selamat jasad dan kafannya


Ya'qilun, Yatafakarun, dan Yatazakarun

Bismillahir Rahmanir Rahim...
Manusia merupakan makhluk Allah yg paling mulia dalam ciptaan maupun martabatnya. Bukankah bentuk manusia merupakan bentuk yang paling indah dan sempurna (ahsani taqwim)dibanding dengan makhluk yang lainnya, karena manusia dianugerahi akal/rasio dan jiwa(nafsu). Sementara makhluk yang lainnya seperti Malaikat hanya mempunyai akal tapi tidak mempunyai nafsu. Sedangkan binatang memiliki nafsu tapi tidak mempunyai akal.

Tuhan menjadikan manusia di bumi ini sebagai khalifah dan abdi dengan karunia dan kesempurnaan, yang dilengkapi oleh akal dan nafsu. Dengan akal manusia mampu berpikir bagaimana menjalankan tugas-tugas dari Allah dalam kehidupan. Dengan adanya nafsu manusia mampu memperoleh keberanian(tekad) dalam hidupnya. Dan juga Allah memberikan hati dalam diri manusia. Sedangkan hati merupakan tempat Ilham dan tumbuhnya Inspirasi. Dari sinilah manusia menentukan jalan hidupnya.

Al-Quran mengatakan "berfikir" dalam tiga kata: Ya'qilun, Yatafakarun, dan Yatazakarun. Ya'qilun alat berfikirnya adalah akal, tolok ukurnya adalah benar dan salah, dalam psikologi disebut IQ.Yatafakarun alat berfikirnya adalah jiwa, tolok ukurnya adalah baik dan buruk, psikologi menyebutnya EQ. Yatazakarun alatnya adalah hati, tolok ukurnya indah dan tidak indah (pantas dan tidak pantas), dalam psikologi dikenal dengan SQ. Apa yang menurut akal benar, belum tentu menjadi baik dan pantas menurut jiwa dan hati. Padahal suatu hal itu tidak cukup hanya dengan benar saja, baik saja, ataupun indah saja. Sesuatu itu harus benar, baik dan juga indah.

Maka jadikanlah hati sebagai raja, rasio sebagai menteri, nafsu sebagai bala tentara dan fisik sebagai rakyat. Jika Raja, menteri, bala tentara dan rakyat, bersatu akan tercapailah kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Apabila fakta ini dibalik, akal menjadi raja maka terciptalah sifat-sifat idealis, segala sesuatu akan ditentukan dibawah perhitungan akal belaka (rasionalitas). Harus disadari kemampuan akal terbatas, padahal permasalahan hidup betapa kompleksnya. Sehingga pastilah banyak hal tidak dapat kita selesaikan dalam kehidupan ini. Karena hanya berusaha memecahkan suatu masalah dengan akal saja. Akibatnya terbengkalailah segala cita dan cinta juga maksud hidup, yang ada hanyalah angan-angan dan omongan belaka. Padahal Islam merupakan ilmu dan amaliah.
Apabila nafsu menjadi raja maka pastilah aturan atau hukum akan berjalan secara binatang. Akibatnya hukum rimbalah yang berlaku, yang kuat yang menang, yang kaya yang berkuasa. Kehidupan akan kembali kepada zaman jahiliyah yang berwujud dalam dunia modern.

Kalau begitu apa arti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi? Pastilah hal tersebut tidak akan diterapkan dalam fungsi yang sebenarnya. Melainkan hanya untuk melampiaskan nafsu dan kepentingan pribadi saja. Maka akan terjadilah yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin terjerat dan menderita. Kesejahteraan umat secara merata tidak terpikirkan tetapi hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan.