Pages

Laskar Atas Angin

Minggu, 27 November 2011

Ya'qilun, Yatafakarun, dan Yatazakarun

Bismillahir Rahmanir Rahim...
Manusia merupakan makhluk Allah yg paling mulia dalam ciptaan maupun martabatnya. Bukankah bentuk manusia merupakan bentuk yang paling indah dan sempurna (ahsani taqwim)dibanding dengan makhluk yang lainnya, karena manusia dianugerahi akal/rasio dan jiwa(nafsu). Sementara makhluk yang lainnya seperti Malaikat hanya mempunyai akal tapi tidak mempunyai nafsu. Sedangkan binatang memiliki nafsu tapi tidak mempunyai akal.

Tuhan menjadikan manusia di bumi ini sebagai khalifah dan abdi dengan karunia dan kesempurnaan, yang dilengkapi oleh akal dan nafsu. Dengan akal manusia mampu berpikir bagaimana menjalankan tugas-tugas dari Allah dalam kehidupan. Dengan adanya nafsu manusia mampu memperoleh keberanian(tekad) dalam hidupnya. Dan juga Allah memberikan hati dalam diri manusia. Sedangkan hati merupakan tempat Ilham dan tumbuhnya Inspirasi. Dari sinilah manusia menentukan jalan hidupnya.

Al-Quran mengatakan "berfikir" dalam tiga kata: Ya'qilun, Yatafakarun, dan Yatazakarun. Ya'qilun alat berfikirnya adalah akal, tolok ukurnya adalah benar dan salah, dalam psikologi disebut IQ.Yatafakarun alat berfikirnya adalah jiwa, tolok ukurnya adalah baik dan buruk, psikologi menyebutnya EQ. Yatazakarun alatnya adalah hati, tolok ukurnya indah dan tidak indah (pantas dan tidak pantas), dalam psikologi dikenal dengan SQ. Apa yang menurut akal benar, belum tentu menjadi baik dan pantas menurut jiwa dan hati. Padahal suatu hal itu tidak cukup hanya dengan benar saja, baik saja, ataupun indah saja. Sesuatu itu harus benar, baik dan juga indah.

Maka jadikanlah hati sebagai raja, rasio sebagai menteri, nafsu sebagai bala tentara dan fisik sebagai rakyat. Jika Raja, menteri, bala tentara dan rakyat, bersatu akan tercapailah kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Apabila fakta ini dibalik, akal menjadi raja maka terciptalah sifat-sifat idealis, segala sesuatu akan ditentukan dibawah perhitungan akal belaka (rasionalitas). Harus disadari kemampuan akal terbatas, padahal permasalahan hidup betapa kompleksnya. Sehingga pastilah banyak hal tidak dapat kita selesaikan dalam kehidupan ini. Karena hanya berusaha memecahkan suatu masalah dengan akal saja. Akibatnya terbengkalailah segala cita dan cinta juga maksud hidup, yang ada hanyalah angan-angan dan omongan belaka. Padahal Islam merupakan ilmu dan amaliah.
Apabila nafsu menjadi raja maka pastilah aturan atau hukum akan berjalan secara binatang. Akibatnya hukum rimbalah yang berlaku, yang kuat yang menang, yang kaya yang berkuasa. Kehidupan akan kembali kepada zaman jahiliyah yang berwujud dalam dunia modern.

Kalau begitu apa arti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi? Pastilah hal tersebut tidak akan diterapkan dalam fungsi yang sebenarnya. Melainkan hanya untuk melampiaskan nafsu dan kepentingan pribadi saja. Maka akan terjadilah yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin terjerat dan menderita. Kesejahteraan umat secara merata tidak terpikirkan tetapi hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Tidak ada komentar: